Sintesis Senyawa Obat Yang Memiliki Stereokimia (Pusat Kiral)
Senyawa Kiral adalah ketika empat ligan yang berbeda
terikat kepada karbon tetravalent, menghasilkan molekul asimetris yang mana
atom karbon sebagai pusat asimetrisnya. Gambar berikut menunjukkan dua isomer
optik yang membuktikan adanya ligan yang berbeda disekitar pusat kiral (Fanali
S).
Enantiomer adalah dua stereoisomer yang mana memperlihatkan
tidak dapat dihimpitkan terhadap bayangan cerminnya. Diastereomers pada umumnya
memiliki paling tidak dua pusat asimetris (satu diantaranya mempunyai
konfigurasi yang sama) dan bukan merupakan bayangan cerminnya. Sebagian besar
umumnya pusat kiral adalah diwakili oleh karbon tetrahedral, meskipun atom
lain, seperti nitrogen, sulfur, dan phosphate, bisa ditemukan dalam
stereoisomer. Senyawa yang memiliki sedikitnya dua enantiomer adalah senyawa kiral
(Fanali S).
Sifat utama dari stereoisomer adalah diwakili oleh
perputaran cahaya terpolarisasi kearah yang berbeda, berlawanan arah jarum jam
(levo) dan searah jarum jam (dektro) atau L(-)- isomer dan D(-)- isomer.
Menurut ketentuan Fischer, secara luas senyawa gula dan asam amino menggunakan
symbol D dan L, dan hal ini berdasarkan pada perbandingan dengan senyawa
+(-)-gliseraldehide dan saat ini digunakan juga ketentuan Cahn-Ingold-Prelog
menggunakan R dan S.
Rotasi
optik untuk dua enantiomer dalam campuran rasemik adalah sama (tidak
memutar arah cahaya polarisasi). Sementara untuk diastereomer tidak sama
dengan enantiomer, diastereomers mungkin memiliki perbedaan titik didih,
titik beku dan atau kelarutan (Fanali S).
Pemisahan enantiomer dari rasemat, dengan kata lain
pemisahan rasemat, adalah masalah biasa dalam penelitian stereokimia seperti
halnya pada preparasi senyawa aktif biologi dalam obat. Masalahnya adalah
berbeda dengan diastereomer dan tipe jenis isomer lainnya, enantiomer
menunjukkan sifat fisika kimia yang sama (Davankov V.A.).
Penentuan Konfigurasi Enantiomer
(Cairns D, 2004)
1. Ketentuan Fischer
Dengan mengunakan Proyeksi Fischer, sistem penggambaran
konfigurasi gugus disekitar pusat kiral yang berbeda (susunan ruang atom atau
gugus vyang menempel pada karbon kiral), yaitu konvensi D dan L. Metode
ini banyak digunakan dalam biokimia dan kimia organik terutama untuk
karbohidrat dan asam amino. Gliseraldehida ditetapkan sebagai senyawa standar
untuk menentukan konfigurasi semua karbohidrat. Proyeksi Fischer terhadap
gliseraldehida dengan rantai karbon digambarkan secara vertical, dengan karbon
yang paling teroksidasi (aldehid) berada pada bagian paling atas. Gugus OH pada
pusat kiral digambarkan pada sisi sebelah kanan untuk isomer D dan sisi sebelah
kiri untuk isomer L. Ini berarti setiap gula yang memiliki stereokimia yang
sama dengan D-gliseraldehida termasuk gula seri D (misalnya D-glukosa),
sedangkan gula yang memiliki stereokimia yang sama dengan L-gliseraldehida
termasuk gula seri L.
Situasi ini analog untuk asam amino, jika proyeksi
Fischer digambarkan (rantai karbon vertikal dengan atom karbon yang paling
teroksidasi berada paling atas), maka semua asam amino “alami” yang ditemukan
dalam protein manusia, diketahui memiliki gugus NH3+ pada posisi sebelah kiri
proyeksi Fischer, yang sama dengan L-gliseraldehida, sehingga asam-asam amino
ini dikenal sebagai asam amino seri L. Hal ini sangat menguntungkan dan
bermanfaat dibidang kesehatan, khususnya bidang Farmasi dalam hal rancangan
obat dengan uji toksisitas selektif, di mana diketahui asam amino pada
mikroorganisme memiliki konfigurasi yang berlawanan yaitu seri D, sebagai
contoh Penisillin yang menghambat enzim transpeptidase dalam sintesis dinding
sel mikroba, hal ini berhubungan dengan dipeptida D-alanin-D-alanin dari
dinding sel mikroba yang mirip dengan struktur penisillin. Sehingga
penisilin tidak toksik terhadap manusia yang memiliki L-alanin dalam protein
tubuh.
2. Ketentuan Cahn-Ingold-Prelog
Sistem yang paling sukses untuk menunjukkan konfigurasi
senyawa-senyawa umum adalah konvensi Cahn-Ingold-Prelog. System ini menggunakan
huruf R atau S untuk setiap pusat kiral dalam molekul dan merupakan pilihan
untuk menentukan konfigurasi pusat kiral molekul obat. Penentuan setiap gugus
yang melekat pada pusat kiral berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor
atom yang lebih berat memiliki prioritas yang lebih utama, sehingga atom
hidrogen (H) pada urutan paling akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar
kiral pusat telah ditentukan, kemudian dilihat susunan gugus mulai dari yang
memiliki priotitas rendah (biasanya H). jika urutan prioritas gugus tersusun
menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral, karbon kiral menerima konfigurasi
R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai konfigurasi S (Sinister).
Analisis Senyawa Kiral
Pemisahan enantiomer adalah penelitian yang banyak dilakukan
dalam analisis kimia, terutama dalam bidang biologi dan farmasi, karena obat
kiral diberikan sebagai sebagai salah satu enantiomer atau sebagai
campuran rasemat. Sering kali dua enantiomer dari obat rasemat yang sama
memiliki efek farmakologi yang berbeda. Sebagai contoh S(+)-Propanolol sangat
lebih aktif dari pada enantiomernya. Anastetik ketamin diberikan sebagai
campuran rasemat, dan S(+)-ketamin lebih potensi dari pada R(-)-ketamin,
disamping itu bentuk R(-)- menyebabkan efek setelah operasi. Karena efek
samping yang mungkin disebabkan oleh hadirnya component campuran dalam rasemat
obat, sehingga saat ini kecendrungan industry farmasi dalam mempersiapkan obat
dalam satu enantiomer saja. Bagaimanapun hasilnya dari beberapa obat melalui
reaksi stereoselektif atau proses penyiapan pemisahan enantiomer bisa
memberikan bahan yang tidak murni. Jadi diperlukan metode analisis yang
sensitif karena daya pemisahan yang tinggi, diperlukan untuk mengontrol proses
sintesis senyawa kiral untuk sediaan farmasi.
Satu pendekatan dalam pemisahan enantiomer, kadang-kadang
ditunjukkan sebagai pemisahan enantiomer secara tidak langsung, melibatkan
penggabungan enantiomer dengan reagen kiral tambahan untuk mengubah molekul
tersebut menjadi diastereomer. Senyawa diastrereomer tersebut bisa kemudian
dipisahkan dengan beberapa tehnik pemisahan akiral (Davankov V.A.).
Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya
dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai
suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar
cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang
terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral
selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam
kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor
mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi
suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil
pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika
enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif
enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia
adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi
enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara
menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi
bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi
(S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy,
2006).
Metode analisis yang mana telah digunakan untuk proses
pemisahan komponen senyawa kiral termasuk High Performance Liquid Chromatografi
(HPLC), Gas Chromatografi (GC), Thin Layer Chromatografi (TLC) dan saat ini
Capilary Electroforesis (CE) yang terutama digunakan untuk analisis dari
golongan komponen yang berbeda, termasuk ion organik dan anorganik, peptide,
protein, sakarida, obat, isomer optic dan lainnya. Dalam analisis CE proses
pemisahan akan tercapai jika analit, di bawah pengaruh pemberian medan listrik,
bergerak kearah detektor dengan kecepatan yang berbeda (Fanali S).
Selain metode CE merupakan analisis dengan daya pemisahan
dan efisiensi yang tinggi dan dapat dibandingkan dengan metode lainnya, juga
memiliki kelebihan lainnya yaitu : (Fanali S)
1. Volume sampel dan buffer yang diperlukan relatif dalam
jumlah kecil
2. Kolom kiral yang mahal dapat dihindari karena kiral
selektor dapat ditambahkan dengan mudah ke BGE (Background Elektrolyte)
3. Pemisahannya sangat reproduksibel karena buffer dengan
kiral selektor dapat diisi ulang saat proses
Beberapa obat yang beredar dalam bentuk campuran rasemik
Contohnya adalah: (Tanujaya H dan Melisa,2009)
1. Obat Thalidomide
Obat ini dipasarkan di Eropa sekira tahun 1959-1962 sebagai
obat penenang. Obat ini memiliki dua enantiomer, di mana enantiomer yang
berguna sebagai obat penenang adalah (R)-Thalidomide. Tetapi ibu hamil yang
mengonsumsi enantiomernya yaitu (S)-Thalidomide justru mengalami masalah dengan
pertumbuhan anggota tubuh janinnya. Sedikitnya terjadi 2000 kasus kelahiran
bayi cacat pada tahun 1960-an. Hal ini merupakan tragedi besar yang tidak dapat
dilupakan dalam sejarah obat-obat kiral.
2. Nikotin
(-)Nikotin dilaporkan lebih beracun dan berbahaya
dibandingkan dengan (+)Nikotin. Tanda “+” menyatakan arah rotasi polarimeter
sesuai arah jarum jam, sedangkan tanda “-” menyatakan arah rotasi polarimeter
berlawanan arah jarum jam.
3. Tiroksin
Tiroksin adalah hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid. (-)
Tiroksin meregulasi metabolisme tubuh, sedangkan (+) Tiroksin tidak
menghasilkan efek regulasi apa pun.
4. Epinefrin
Epinefrin rasemik merupakan campuran 1:1 d-isomer dan
l-isomer epinefrin. Mekanisme aksi epinefrin adalah pada reseptor a adrenergik;
terbukti menyebabkan vasokonstriksi dan mengurangi udem. Pengurangan udem
mukosa larings akan meningkatkan diameter jalan nafas sehingga stridor
inspirasi dan retraksi akan berkurang. L-Epinephrine itu sedikitnya sama
efektif seperti epinephrine racemic dalam perawatan laryngotracheitis dan tidak
membawa resiko / efek samping tambahan. L-Epinephrine juga lebih tersedia di
seluruh dunia, lebih murah, dan dapat direkomendasikan untuk mengobati
laryngotracheitis.
Aktivitas biologi dari dextro(+) enansiomer adrenergic
agonists (epinefrin) diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan levo(—)
enantiomernya.
Epinefrin rasemik baik untuk mengobati croup derajat sedang
dan berat. Penderita yang telah diterapi dengan epinefrin rasemik aman untuk
dipulangkan jika dalam 3 jam, tidak terdapat stridor saat istirahat, udara yang
masuk normal, kesadaran baik atau jika skor croup <2.
5. Tramadol
Tramadol HCl adalah analgesik kuat yang bekerja pada
reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem
saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer,
Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda
terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et al., 1993).
Enantiomer (+) tramadol secara cepat termetabolit menjadi
mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor
opioid (Raffa et al., 1995; Gibson, 1996).
Aksi ini nampak untuk menghasilkan satu efek analgesik
sinergis, dengan enantiomer (+) dari tramadol yang memperlihatkan aktivitas
analgesik 10 fold lebih tinggi dibanding enantiomer (-)nya. Enantiomer (-)
menghambat reuptake norepinephrine dengan menstimulasi reseptor
alpha(2)-adrenergic (Goeringer et al., 1997). Enantiomer (-) tramadol ternyata
kira-kira 5-kali lebih kuat untuk menghambat noradrenaline daripada asupan
serotonin (IC50 1,6 µmol/L vs 8,6 µmol/L) dan sebaliknya lah yang terjadi untuk
Enantiomer (+)nya. Kedua enantiomer diberikan pada aksi analgesik tramadol.
- Rotasi optik untuk dua enantiomer dalam campuran rasemik adalah sama (tidak memutar arah cahaya polarisasi). Sementara untuk diastereomer tidak sama dengan enantiomer, diastereomers mungkin memiliki perbedaan titik didih, titik beku dan atau kelarutan. Mengapa hal ini dapat terjadi?
- Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Mengapa enantiomer harus berada pada lingkungan kiral? Mengapa tidak dengan lingkungan akiral?
- Ibu hamil yang mengonsumsi enantiomernya (S)-Thalidomide dapat mengalami masalah dengan pertumbuhan anggota tubuh janinnya. Mengapa obat ini dapat menyebabkan kelainan pada tubuh janin?
Saya akan menjawab permasalahan ketiga
ReplyDeleteDalam kasus obat Thalidomide, kedua enantiomer Thalidomide bercampur sebagai campuran rasemik yaitu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Akibatnya orang yang mengkonsumsi Thalidomide bisa merasakan dua efek klinis secara bersamaan.
Berdasarkan kasus obat Thalidomide, maka dikembangkanlah metode untuk memisahkan enantiomer dalam suatu campuran rasemik. Bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (ee) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Cara yang digunakan adalah teknik resolusi (pemisahan dengan pengkristalan) dan penggunaan reaksi enzimatis atau menggunakan mikroorganisme. Dengan adanya metode pemisahan ini maka enantiomer yang diinginkan akan diperoleh dan memperkecil tragedi efek klinis ganda jika enantiomer itu digunakan sebagai obat.
Saya akan menjawab permasalahan ketiga
ReplyDeleteDalam kasus obat Thalidomide, kedua enantiomer Thalidomide bercampur sebagai campuran rasemik yaitu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Akibatnya orang yang mengkonsumsi Thalidomide bisa merasakan dua efek klinis secara bersamaan.
Berdasarkan kasus obat Thalidomide, maka dikembangkanlah metode untuk memisahkan enantiomer dalam suatu campuran rasemik. Bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (ee) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Cara yang digunakan adalah teknik resolusi (pemisahan dengan pengkristalan) dan penggunaan reaksi enzimatis atau menggunakan mikroorganisme. Dengan adanya metode pemisahan ini maka enantiomer yang diinginkan akan diperoleh dan memperkecil tragedi efek klinis ganda jika enantiomer itu digunakan sebagai obat.
Saya akan menjawab no 1 Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et al., 1993). Enantiomer (+) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid
ReplyDeletesaya akan menjawab permasalahan yg ke 2
ReplyDeletePada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut
Saya akan menjawab permasalahan ketiga
ReplyDeleteDalam kasus obat Thalidomide, kedua enantiomer Thalidomide bercampur sebagai campuran rasemik yaitu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Akibatnya orang yang mengkonsumsi Thalidomide bisa merasakan dua efek klinis secara bersamaan.
No 3 Berdasarkan kasus obat Thalidomide, maka dikembangkanlah metode untuk memisahkan enantiomer dalam suatu campuran rasemik. Bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (ee) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Cara yang digunakan adalah teknik resolusi (pemisahan dengan pengkristalan) dan penggunaan reaksi enzimatis atau menggunakan mikroorganisme.
ReplyDeleteBerdasarkan kasus obat Thalidomide, maka dikembangkanlah metode untuk memisahkan enantiomer dalam suatu campuran rasemik. Bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (ee) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Cara yang digunakan adalah teknik resolusi (pemisahan dengan pengkristalan) dan penggunaan reaksi enzimatis atau menggunakan mikroorganisme. Dengan adanya metode pemisahan ini maka enantiomer yang diinginkan akan diperoleh dan memperkecil tragedi efek klinis ganda jika enantiomer itu digunakan sebagai obat.
ReplyDeleteNo 2 Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni.
ReplyDeleteNo 2 Pada saat ini, metode pemisahan secara langsung biasanya dangan cara yang mana enantiomer ditempatkan dalam lingkungan kiral. Sebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni.
ReplyDeletejawaban permasalahan nomor 2
ReplyDeleteSebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.), Cara lain yang sering ditempuh para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah tersebut (Fendy, 2006).
Jawaban no. 2
ReplyDeleteSebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.),
Saya akan menjawab no 1 Tramadol merupakan campuran rasemik 1:1 dari 2 enantiomer, Enantiomer (+) tramadol and Enantiomer (-) nya memiliki potensi berbeda terhadap reseptor opioid dan sisi monoamine uptake (Raffa et al., 1993). Enantiomer (+) tramadol secara cepat termetabolit menjadi mono-O-desmethyltramadol (M1 metabolite ) yang juga berikatan dengan reseptor opioid
ReplyDeletejawaban permasalahan nomor 2
ReplyDeleteSebagai suatu prinsip penggunaan kiral selektor atau kiral irradiasi (misalnya : sinar cahaya terpolarisasi yang mana terdiri dari dua komponen kiral sirkular yang terpolarisasi) bisa membedakan dengan jelas antara dua enantiomer. Kiral selektor bisa merupakan suatu molekul atau permukaan kiral yang cocok. Dalam kaitannya dengan enantioselektif dari interaksi kedua enantimer, kiral selektor mengubah salah satu dari kedua enantiomer dengan kecepatan berbeda menjadi suatu senyawa kimia baru (kinetik enantioselektif) atau membentuk molekul labil pada stabilitas yang berbeda dengan enantiomer tersebut (termodinamika enantioselektif), atau perubahan bentuk L atau D dengan sistem selektif enzimatis (Davankov V.A.),